Jumat, 27 Juli 2012
NASA TEMUKAN PLANET MIRIP BUMI Para ilmuwan dari badan antariksa Amerika, NASA, mengumumkan telah menemukan sejumlah planet yang diduga mirip bumi dalam data yang baru dirilis yang berasal dari teleskop antariksa, Kepler. Para ilmuwan mengatakan planet-planet itu merupakan bagian dari lebih dari 1.200 benda asing yang diduga planet oleh misi tersebut baru-baru ini.Para peneliti mengatakan enam planet baru telah dipastikan, tetapi kepala ilmuwan Kepler, William Borucki, mengatakan 80 persennya kemungkinan akan diverifikasi lagi.
Sebelum pengumuman hari Rabu itu, jumlah benda asing yang disebut sebagai Exoplanet di luar tata surya kita hanya ada lebih dari 500. Borucki mengatakan jumlah itu telah melonjak drastis berdasarkan data baru yang berasal dari bagian kecil langit yang diperiksa oleh misi tersebut. Para ilmuwan NASA pada saat memasang teleskop Kepler sebelum peluncurannya untuk misi ke antariksa (foto: dok.) Menurut Borucki, "Teleskop Kepler mengamati satu per 400 bagian dari langit. Jika kita memiliki 400 sudut pandang seperti ini, kita akan melihat 400 kali calon planet lebih banyak." Dia mengaku kagum menemukan 68 benda asing yang diduga planet kira-kira seukuran bumi atau lebih kecil, dan 54 planet di zona layak huni, dimana suhu moderatnya bisa memungkinkan keberadaan air. Penyidik Jack Lissauer berbicara tentang temuan lain yang akan diumumkan hari Kamis dalam jurnal ilmiah Nature, yaitu mengenai sebuah sistem planet yang mengorbit dekat bintang bernama Kepler 11. Lissauer menjelaskan, "Kepler 11 adalah sebuah sistem datar dan padat berisi enam planet transit. Lima planet di bagian dalam, letaknya sangat berdekatan, sesuatu yang tidak pernah kami kira sebelumnya." Dia mengatakan planet-planet itu tidak sepadat bumi dan terlalu panas untuk kehidupan, tetapi temuan itu akan memaksa para ilmuwan untuk mempertimbangkan kembali pandangan mereka tentang pembentukan sistem planet. Astronom dari Universitas Yale Debra Fischer mengatakan astronom-astronom amatir di seluruh dunia membantu menganalisa data baru tersebut di situs Internet PlanetHunters.org. "Dan mereka mengirim salam mereka kepada kami dari Turki, Rusia, Polandia, Spanyol, Kepulauan Canary, Italia, Brasil, Argentina, Chili, satu negara ke negara lainnya. Ini luar biasa," demikian komentar Fischer. Para ilmuwan mendasari kesimpulan mereka tentang kemungkinan adanya planet-planet sebagian pada peredupan bintang-bintang secara periodik, yang menunjukkan planet-planet mengorbit atau sistem bintang biner. Mereka mengatakan pengamatan yang luas dari teleskop-teleskop bumi diperlukan untuk mengonfirmasi keberadaan planet-planet tersebut. Sebagian besar planet yang diumumkan hari Rabu tampaknya lebih besar daripada bumi - seukuran Neptunus atau Jupiter. Tetapi Fischer mengatakan temuan-temuan itu menunjukkan bahwa sistem-sistem dengan planet-planet seperti planet kita sendiri tampak umum. NASA BANTAH ADANYA FOSIL BAKTERI ALIEN DI METEORIT WASHINGTON (Berita SuaraMedia) - Seorang ilmuwan NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat) menyatakan telah menemukan fosil bakteri di meteorit. Namun, atasannya sendiri justru membantah klaim tersebut. Menurutnya tidak ada bukti ilmiah dalam klaim tersebut. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, seorang ilmuwan bernama Richard B Hoover, menunjukkan bukti adanya makhluk hidup di luar angkasa dalam meteorit. Peneliti dari Pusat Penerbangan Marshall NASA itu mengklaim bahwa ia dan timnya menemukan bukti makhluk hidup berupa fosil bakteri langka, yang hidup di dalam bongkahan batu dari luar angkasa itu. Citra ini diperolehnya dengan menggunakan mikroskop. Ia mengira bahwa fosil bakteri kecil itu adalah cyanobacteria. Tapi, ternyata keliru. Sekadar diketahui, Cyanobacteria merupakan bakteri biru-hijau yang masuk golongan bakteri autotrof fotosintetik. Dia dapat menghasilkan makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari secara kimia. Laporan tersebut kini lantas dihentikan perluasannya oleh NASA, meski sempat dipublikasikan Jumat lalu di salah satu jurnal online eksentrik: Journal of Cosmology. Akibat kecorobohan Hoover, NASA mulai memperhitungkan pekerjaannya. Senin kemarin, Paulus Hertz, kepala direktorat misi NASA mengatakan bahwa NASA tidak dapat berdiri di belakangnya dan mendukung klaim ilmiah tersebut "Kami tidak dapat mendukung klaim ilmiah sampai benar-benar dikaji secara menyeluruh dan memenuhi syarat ... Kami bahkan tidak mengetahui pengajuan kertas ke Journal of Cosmology atau publikasi yang terjadi belakangan ini," kata Hertz. "Seiring dengan upaya kami untuk menghargai kebebasan bertukar ide, data dan informasi, sebagai bagian dari penyelidikan ilmiah dan teknis, kami tidak dapat mentolerir atau mendukung klaim ilmiah, kecuali telah dilakukan review secara mendalam, atau dikaji secara teliti oleh para ahli berkualitas lainnya," ujar Hertz. Sementara itu, Menurut direktur institut Astrobiologi NASA, Carl Pilcher, penjelasan paling sederhana adalah bahwa ada mikroba dalam meteorit, yaitu mikroba yang berasal dari bumi. Pilcher mengatakan bahwa Hoover melakukan penelitian terhadap meteorit yang telah jatuh ke bumi sejak 100 hingga 200 tahun lalu dan telah mendapatkan banyak campur tangan manusia. "Klaim tersebut telah dilayangkan oleh Hoover sejak bertahun-tahun lalu," ujar direktur institut Astrobiologi NASA, Carl Pilcher, seperti diberitakan Straits Times, Selasa (8/3/2011). Menanggapi isu ini, Journal of Cosmology pun turut buka mulut. Media publikasi yang berusia 2 tahun itu mengklaim bahwa publikasi itu telah diuji bersama ilmuwan (peer-reviewed). Pada kasus ini, editor jurnal mengatakan artikel yang dikirimkan Hoover telah melalui kritik dari 100 ilmuwan terkemuka dan layak dimasukkan dalam jurnalnya. Dalam penelitian ilmiah normal, peer-review dibutuhkan untuk sebelum diterbitkan untuk menjamin keakuratan. Sejarah CT Scanner DUNIA kedokteran pasti akan sangat kesulitan sekali dalam mendiagnosis penyakit dalam jika tanpa bantuan alat yang bernama CT Scanner. Bagaimana tidak, di zaman penyakit dalam yang begitu banyak seperti sekarang, alat ini hadir untuk mendiagnosis penyakit dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Bahkan alat ini juga bisa digunakan dalam terapi radiasi untuk penyakit tertentu. Dialah Robert S. Ledley, orang paling berjasa dalam penemuan mesin canggih ini. Ledley kecil lahir di New York pada tahun 1926. semasa kecil hingga bangku kuliah dihabiskan di kota kelahirannya. Di tahun 1948, Ledley lulus dari universitas kedokteran gigi New York. Dua tahun berselang, Ledley mendapat gelar sarjana fisika dari Universitas Columbia. Setelah lulus, Ledley bekerja untuk pertama kalinya di pemerintahan Washington DC pada bagian biro standar nasional (sekarang Institut Standar dan Teknologi Nasional). Tetapi hanya sementara, ia kemudian pindah ke Universitas Johns Hopkins. Di sini Ledley menjadi ahli fisika dan peneliti. Sepertinya, Ledley punya sifat tak puas di satu tempat. Dari Johns Hopkins ia pindah lagi ke tempat lain. Antara tahun 1968 hingga 1970 Ledley menerapkan ilmu yang diperolehnya di Departemen Teknik Elektro Universitas George Washington. Di sinilah ia kemudian mendapat gelar profesor. Selepas dari sana, Ledley bergabung dengan sekolah pengobatan di bagian departemen fisiologi dan biofisika. Di tempat barunya Ledley memulai penelitian tentang mesin yang mampu memindai seluruh tubuh hingga bagian terdalam dan terhalus. Tiga tahun lamanya Ledley meneliti mesin, hingga akhirnya di tahun 1973 lahirlah mesin CT Scanner yang mampu memindai seluruh tubuh dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Mesin temuannya itu dinamakan Automatic Computerized Transverse Axial (ACTA). Seperti dugaan Ledley, mesin ini mempunyai peran yang sangat besar dalam dunia kedokteran. Mesin ini mampu memvisualisasikan organ-organ dalam tubuh yang tidak dapat dihasilkan mesin sinar X biasa. Rekonstruksi tiga dimensinya dihasilkan dari transmisi sinar X yang menyorot melalui irisan melintang sumbu tubuh. Visualisasi lapisan tubuh terhaluspun bisa terlihat. Diagnosis kanker, kerusakan jantung, tulang, otak, ginjal, dan organ dalam tubuh lainnya bisa terdeteksi dengan mesin ini. Kelebihannya, mesin ini juga dapat dipakai sebagai alat terapi radiasi. Setahun setelah penemuan mutakhirnya, Ledley menjadi profesor di Medical Center\x{2019}s Departement of Radiologi. Dan tahun 1975 Ledley menjadi Direktur Divisi Komputerisasi Medis dan Biofisika. Ledley mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap dunia kedokteran dan ilmu pengetahuan. Ledley mematenkan prosesor gambar yang disebut sebagai Texture Analysis Computer atau TEXAC. Ledley juga menulis buku teks komprehensif pertama untuk insinyur teknik dalam hal komputer digital. Ledley juga mengembangkan sistem komputer pengolah data medis yang bervolume besar yang juga menentukan diagnosa penyakit. Selain itu Ledley juga membantu memproduksi data base bioteknologi skala besar pertama, yakni Protein Information Resources (PIR) yang mengorganisasikan protein dan sekuen DNA. Ledley dikenal jenius. Bidang kedoteran, sains, hingga komputer dikuasainya. Apalagi ketika Ledley menemukan instrumen dan algoritma komputer yang digunakan untuk menganalisis kromosom serta diagnosa kerusakan janin pralahir. Lebih dari 50 tahun, Ledley mengabdikan diri terhadap kariernya. Pengorbanannya sebanding dengan hasil yang didapatnya. Tak heran, 60 lebih paten tercatat atas namanya. Hadiah dan penghargaan menghujaninya, salah satunya yaitu tercatatnya nama Ledley pada National Inventor\x{2019}s Hall of Fame pada tahun 1990. Di tahun 1997 dia mendapat medali yang diberikan oleh Presiden Amerika, Bill Clinton. Ledley sekarang menjadi editor dari empat jurnal ilmiah serta menjadi presiden direktur penelitian untuk National Biomedical Research Foundation sejak 1960.(ar/ok/vs) www.suaramedia.com. Nama : Nazula Wahyu Tri Anisa Kelas : VI A
Sebelum pengumuman hari Rabu itu, jumlah benda asing yang disebut sebagai Exoplanet di luar tata surya kita hanya ada lebih dari 500. Borucki mengatakan jumlah itu telah melonjak drastis berdasarkan data baru yang berasal dari bagian kecil langit yang diperiksa oleh misi tersebut. Para ilmuwan NASA pada saat memasang teleskop Kepler sebelum peluncurannya untuk misi ke antariksa (foto: dok.) Menurut Borucki, "Teleskop Kepler mengamati satu per 400 bagian dari langit. Jika kita memiliki 400 sudut pandang seperti ini, kita akan melihat 400 kali calon planet lebih banyak." Dia mengaku kagum menemukan 68 benda asing yang diduga planet kira-kira seukuran bumi atau lebih kecil, dan 54 planet di zona layak huni, dimana suhu moderatnya bisa memungkinkan keberadaan air. Penyidik Jack Lissauer berbicara tentang temuan lain yang akan diumumkan hari Kamis dalam jurnal ilmiah Nature, yaitu mengenai sebuah sistem planet yang mengorbit dekat bintang bernama Kepler 11. Lissauer menjelaskan, "Kepler 11 adalah sebuah sistem datar dan padat berisi enam planet transit. Lima planet di bagian dalam, letaknya sangat berdekatan, sesuatu yang tidak pernah kami kira sebelumnya." Dia mengatakan planet-planet itu tidak sepadat bumi dan terlalu panas untuk kehidupan, tetapi temuan itu akan memaksa para ilmuwan untuk mempertimbangkan kembali pandangan mereka tentang pembentukan sistem planet. Astronom dari Universitas Yale Debra Fischer mengatakan astronom-astronom amatir di seluruh dunia membantu menganalisa data baru tersebut di situs Internet PlanetHunters.org. "Dan mereka mengirim salam mereka kepada kami dari Turki, Rusia, Polandia, Spanyol, Kepulauan Canary, Italia, Brasil, Argentina, Chili, satu negara ke negara lainnya. Ini luar biasa," demikian komentar Fischer. Para ilmuwan mendasari kesimpulan mereka tentang kemungkinan adanya planet-planet sebagian pada peredupan bintang-bintang secara periodik, yang menunjukkan planet-planet mengorbit atau sistem bintang biner. Mereka mengatakan pengamatan yang luas dari teleskop-teleskop bumi diperlukan untuk mengonfirmasi keberadaan planet-planet tersebut. Sebagian besar planet yang diumumkan hari Rabu tampaknya lebih besar daripada bumi - seukuran Neptunus atau Jupiter. Tetapi Fischer mengatakan temuan-temuan itu menunjukkan bahwa sistem-sistem dengan planet-planet seperti planet kita sendiri tampak umum. NASA BANTAH ADANYA FOSIL BAKTERI ALIEN DI METEORIT WASHINGTON (Berita SuaraMedia) - Seorang ilmuwan NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat) menyatakan telah menemukan fosil bakteri di meteorit. Namun, atasannya sendiri justru membantah klaim tersebut. Menurutnya tidak ada bukti ilmiah dalam klaim tersebut. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, seorang ilmuwan bernama Richard B Hoover, menunjukkan bukti adanya makhluk hidup di luar angkasa dalam meteorit. Peneliti dari Pusat Penerbangan Marshall NASA itu mengklaim bahwa ia dan timnya menemukan bukti makhluk hidup berupa fosil bakteri langka, yang hidup di dalam bongkahan batu dari luar angkasa itu. Citra ini diperolehnya dengan menggunakan mikroskop. Ia mengira bahwa fosil bakteri kecil itu adalah cyanobacteria. Tapi, ternyata keliru. Sekadar diketahui, Cyanobacteria merupakan bakteri biru-hijau yang masuk golongan bakteri autotrof fotosintetik. Dia dapat menghasilkan makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari secara kimia. Laporan tersebut kini lantas dihentikan perluasannya oleh NASA, meski sempat dipublikasikan Jumat lalu di salah satu jurnal online eksentrik: Journal of Cosmology. Akibat kecorobohan Hoover, NASA mulai memperhitungkan pekerjaannya. Senin kemarin, Paulus Hertz, kepala direktorat misi NASA mengatakan bahwa NASA tidak dapat berdiri di belakangnya dan mendukung klaim ilmiah tersebut "Kami tidak dapat mendukung klaim ilmiah sampai benar-benar dikaji secara menyeluruh dan memenuhi syarat ... Kami bahkan tidak mengetahui pengajuan kertas ke Journal of Cosmology atau publikasi yang terjadi belakangan ini," kata Hertz. "Seiring dengan upaya kami untuk menghargai kebebasan bertukar ide, data dan informasi, sebagai bagian dari penyelidikan ilmiah dan teknis, kami tidak dapat mentolerir atau mendukung klaim ilmiah, kecuali telah dilakukan review secara mendalam, atau dikaji secara teliti oleh para ahli berkualitas lainnya," ujar Hertz. Sementara itu, Menurut direktur institut Astrobiologi NASA, Carl Pilcher, penjelasan paling sederhana adalah bahwa ada mikroba dalam meteorit, yaitu mikroba yang berasal dari bumi. Pilcher mengatakan bahwa Hoover melakukan penelitian terhadap meteorit yang telah jatuh ke bumi sejak 100 hingga 200 tahun lalu dan telah mendapatkan banyak campur tangan manusia. "Klaim tersebut telah dilayangkan oleh Hoover sejak bertahun-tahun lalu," ujar direktur institut Astrobiologi NASA, Carl Pilcher, seperti diberitakan Straits Times, Selasa (8/3/2011). Menanggapi isu ini, Journal of Cosmology pun turut buka mulut. Media publikasi yang berusia 2 tahun itu mengklaim bahwa publikasi itu telah diuji bersama ilmuwan (peer-reviewed). Pada kasus ini, editor jurnal mengatakan artikel yang dikirimkan Hoover telah melalui kritik dari 100 ilmuwan terkemuka dan layak dimasukkan dalam jurnalnya. Dalam penelitian ilmiah normal, peer-review dibutuhkan untuk sebelum diterbitkan untuk menjamin keakuratan. Sejarah CT Scanner DUNIA kedokteran pasti akan sangat kesulitan sekali dalam mendiagnosis penyakit dalam jika tanpa bantuan alat yang bernama CT Scanner. Bagaimana tidak, di zaman penyakit dalam yang begitu banyak seperti sekarang, alat ini hadir untuk mendiagnosis penyakit dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Bahkan alat ini juga bisa digunakan dalam terapi radiasi untuk penyakit tertentu. Dialah Robert S. Ledley, orang paling berjasa dalam penemuan mesin canggih ini. Ledley kecil lahir di New York pada tahun 1926. semasa kecil hingga bangku kuliah dihabiskan di kota kelahirannya. Di tahun 1948, Ledley lulus dari universitas kedokteran gigi New York. Dua tahun berselang, Ledley mendapat gelar sarjana fisika dari Universitas Columbia. Setelah lulus, Ledley bekerja untuk pertama kalinya di pemerintahan Washington DC pada bagian biro standar nasional (sekarang Institut Standar dan Teknologi Nasional). Tetapi hanya sementara, ia kemudian pindah ke Universitas Johns Hopkins. Di sini Ledley menjadi ahli fisika dan peneliti. Sepertinya, Ledley punya sifat tak puas di satu tempat. Dari Johns Hopkins ia pindah lagi ke tempat lain. Antara tahun 1968 hingga 1970 Ledley menerapkan ilmu yang diperolehnya di Departemen Teknik Elektro Universitas George Washington. Di sinilah ia kemudian mendapat gelar profesor. Selepas dari sana, Ledley bergabung dengan sekolah pengobatan di bagian departemen fisiologi dan biofisika. Di tempat barunya Ledley memulai penelitian tentang mesin yang mampu memindai seluruh tubuh hingga bagian terdalam dan terhalus. Tiga tahun lamanya Ledley meneliti mesin, hingga akhirnya di tahun 1973 lahirlah mesin CT Scanner yang mampu memindai seluruh tubuh dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Mesin temuannya itu dinamakan Automatic Computerized Transverse Axial (ACTA). Seperti dugaan Ledley, mesin ini mempunyai peran yang sangat besar dalam dunia kedokteran. Mesin ini mampu memvisualisasikan organ-organ dalam tubuh yang tidak dapat dihasilkan mesin sinar X biasa. Rekonstruksi tiga dimensinya dihasilkan dari transmisi sinar X yang menyorot melalui irisan melintang sumbu tubuh. Visualisasi lapisan tubuh terhaluspun bisa terlihat. Diagnosis kanker, kerusakan jantung, tulang, otak, ginjal, dan organ dalam tubuh lainnya bisa terdeteksi dengan mesin ini. Kelebihannya, mesin ini juga dapat dipakai sebagai alat terapi radiasi. Setahun setelah penemuan mutakhirnya, Ledley menjadi profesor di Medical Center\x{2019}s Departement of Radiologi. Dan tahun 1975 Ledley menjadi Direktur Divisi Komputerisasi Medis dan Biofisika. Ledley mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap dunia kedokteran dan ilmu pengetahuan. Ledley mematenkan prosesor gambar yang disebut sebagai Texture Analysis Computer atau TEXAC. Ledley juga menulis buku teks komprehensif pertama untuk insinyur teknik dalam hal komputer digital. Ledley juga mengembangkan sistem komputer pengolah data medis yang bervolume besar yang juga menentukan diagnosa penyakit. Selain itu Ledley juga membantu memproduksi data base bioteknologi skala besar pertama, yakni Protein Information Resources (PIR) yang mengorganisasikan protein dan sekuen DNA. Ledley dikenal jenius. Bidang kedoteran, sains, hingga komputer dikuasainya. Apalagi ketika Ledley menemukan instrumen dan algoritma komputer yang digunakan untuk menganalisis kromosom serta diagnosa kerusakan janin pralahir. Lebih dari 50 tahun, Ledley mengabdikan diri terhadap kariernya. Pengorbanannya sebanding dengan hasil yang didapatnya. Tak heran, 60 lebih paten tercatat atas namanya. Hadiah dan penghargaan menghujaninya, salah satunya yaitu tercatatnya nama Ledley pada National Inventor\x{2019}s Hall of Fame pada tahun 1990. Di tahun 1997 dia mendapat medali yang diberikan oleh Presiden Amerika, Bill Clinton. Ledley sekarang menjadi editor dari empat jurnal ilmiah serta menjadi presiden direktur penelitian untuk National Biomedical Research Foundation sejak 1960.(ar/ok/vs) www.suaramedia.com. Nama : Nazula Wahyu Tri Anisa Kelas : VI A
Tutup